MENGATASI RASA RENDAH DIRI DALAM PERGAULAN
Silahkan Unduh Filenya (DISINI)
makalah konseling agama
MAKALAH
“ TUGAS DAN ASPEK – ASPEK KONSELING AGAMA ”
Ditujukan
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Konseling
Agama
Dosen
Pengampu
Agus
Maemun, M.Pd
Disusun
Oleh :
Anisah (1114500069)
Tri
Adek Purnomo (1114500103)
PROGRAM STUDI BIMBINGAN
DAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL
TAHUN 2016
KATA PENGANTAR
Puji
syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas limpahan rahmat
serta hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah
tepat pada waktunya. Makalah ini berisikan tentang “Tugas dan Aspek Aspek Konseling Agama”.
Dalam
penyusunan makalah ini penulis sudah berusaha semaksimal mungkin, namun
kesempurnaan hanya milik Tuhan. Penulis mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca yang membangun dengan kesempurnaan pembuatan makalah selanjutnya. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya bagi semua pihak atau
pembaca.
Tegal, Mei 2016
Penulis
DAFTAR
ISI
Kata
Pengantar........................................................................... i
Daftar
isi.................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN
I.1 Latar belakang masalah................................................. 1
I.2 Rumusan
Masalah.......................................................... 1
I.3 Tujuan
Penulisan............................................................ 2
BAB
II ISI
2.1 Tujuan Bimbingan dan Konseling................................. 3
2.2 Tujuan
Berkaitan dengan Aspek / bidang BK............... 7
2.3 Aspek – aspek Konseling Agama.................................. 9
BAB
III PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................... iii
B. Saran................................................................................ iii
Daftar Pustaka
.......................................................................... iv
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Menurut
pendapat para ahli jiwa, yang mengendalikan tindakan
seseorang adalah kepribadiannya. Kepribadian tumbuh dan terbentuk dari
pengalaman - pengalaman yang dilaluinya sejak lahir. Bahkan
mulai dari dalam kandungan ibunya sudah ada pengaruh terhadap kelakuan si anak dan terhadap
kesehatan mentalnya pada umumnya. Dengan memberikan pengalaman pengalaman yang
baik, nilai - nilai moral yang tinggi, serta kebiasaan -kebiasaan
yang sesuai dengan ajaran agama sejak lahir, maka semua pengalaman itu akan menjadi
bahan dalam pembinaan kepribadian. Kepribadian merupakan kebiasaan yang
mendapatkan keterampilan - keterampilan gerak dan kemampuan untuk mempergunakannya secara
sadar.
Berangkat dari pemahaman bahwa Islam merupakan sumber utama dalam membentuk
pribadi muslim yang baik, membentuk manusia Indonesia yang percaya dan takwa
kepada Allah Swt., menghayati dan mengamalkan ajaran agamanya dalam kehidupan
sehari-sehari, baik dalam kehidupan pribadi maupundalam kehidupan
bermasyarakat, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan
mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air, agar dapat menumbuhkan
manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta
bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. Allah berfirman dalam
surat asy-Syam [91]: 7-10, yang artinya sebagai berikut: “Para Nabi diutus
untuk membimbing dan mengarahkan manusia kearah kebaikan yang hakiki dan juga
sebagai figure konselor yang sangat mumpunidalam memecahkan permasalahan.” Problem solving, yang berkaitan dengan jiwa manusia, agar manusia
keluar dari tipu daya setan. Seperti tertuang dalam ayat berikut ini :Dengan
kata lain manusia diharapkan saling memberi bimbingan sesuai dengan kemampuan
dan kapasitas manusia itu sendiri, sekaligus member konseling
agar tetap sabar dan tawakal dalam menghadapi perjalanan kehidupanyang
sebenarnya.
Dari ayat-ayat tersebut dapat dipahami bahwa ada jiwa yangmenjadi fasik dan
ada pula jiwa yang menjadi takwa, tergantung kepada manusiayang memilikinya. Ayat ini menunjukan agar manusia selalu mendidik diri sendiri maupun
orang lain, dengan kata lain membimbing ke arah mana seseorang itu akan
menjadi, baik atau buruk.
I.2 Rumusan
Masalah
1.
Apa Tujuan
Bimbingan Konseling Agama ?
2.
Apa Tujuan
Bimbingan dan Konseling Perkembangan ?
3.
Apa Tujuan
Bimbingan dan Konseling di Sekolah ?
4.
Apa Tujuan
Berkaitan dengan Aspek/Bidang Bimbingan dan Konseling ?
I.3 Tujuan
Pembuatan Makalah
1.
Sesuai dengan apa yang terdapat dalam latar belakang
masalah, rumusan masalah, maka yang menjadi tujuan pembuatan makalah ini
adalah: Makalah dibuat untuk mempermudah mahasiswa dalam proses belajar
mengajar di kampus khususnya mata kuliah Bimbingan dan Konseling Agama.
2.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata
kuliah kuliah Bimbingan dan Konseling Agama.
3.
Mengetahui
Tujuan Bimbingan Konseling Agama, Perkembangannya dan di sekolah
4.
Mengetahui
Tujuan Berkaitan dengan Aspek/Bidang Bimbingan dan Konseling
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Tujuan Bimbingan Konseling
A.
Tujuan BK Agama
Dalam perjalanan hidup, karena berbagai faktor atau latar belakang manusia
selalu berhadapan dengan masalah (problem), yaitu menghadapi adanya kesenjangan
antara yang seharusnya (ideal) dengan yang senyatanya. Orang yang mengahadapi
masalah, lebih-lebih jika berat, maka orang yang bersangkutan tidak merasa
bahagia. Maka bimbingan berusaha membantu memecahkan masalah yang dihadapinya.
Bimbingan dan konseling Islami berusaha membantu individu agar bisa hidup
bahagia, bukan saja di dunia, melainkan juga di akhirat.
Tujuan umum konseling agama Tujuan umum dari konseling agama adalah
membantu klien agar ia memiliki pengetahuan tentang posisi dirinya melakukan
sesuatu perbuatan yang dipandang baik, benar dan bermanfaat untuk kehidupannya
di dunia dan untuk kepentingan akhirat.
Tujuan khusus
konseling agama antara lain =
1. Untuk membantu klien agar tidak menghadapi masalah.
2. Jika orang terlanjur bermasalah,maka konseling
di lakukan dengan tujuan membantu klien agar dapat mengatasi masalah yang di
hadapi
3. Kepada klien yang sudah berhasil
disembuhkan,maka konseling agama bertujuan agar klien dapat mengembangkan
potensi dirinya supaya tidak menjadi sumber masalah bagi dirinya dan bagi orang
lain.
Tujuan dari
bimbingan, konseling, dan tujuan bimbingan dalam islam, yaitu:
1. Tujuan Bimbingan
Tujuan pemberian layanan bimbingan ialah agar individu
dapat:
a.
Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan
karier, serta kehidupannya di masa yang akan datang.
b.
Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya
seoptimal mungkin
c.
Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan,
lingkungan masyarakat, serta lingkungan kerja
d.
Mengatasi hambatan serta kesulitan yang dihadapi dalam
studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, ataupun lingkungan
kerja.
2. Tujuan Konseling
Menurut Shertzer dan Stone tujuan konseling, yaitu:
a. Mengadakan perubahan perilaku pada klien
sehingga memungkinkan hidupnya lebih produktif dan memuaskan.
b. Memelihara dan mencapai kesehatan mental yang
positif.
c. Penyelesaian masalah
d. Mencapai keefektifan pribadi
e. Mendorong individu mampu mengambil keputusan
yang penting bagi dirinya.
3. Tujuan Bimbingan Konseling dalam Islam
a. Tujuan umum
bimbingan konseling Islam Membantu individu mewujudkan
dirinya menjadi manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan
di akhirat.
b. Tujuan khusus bimbingan konseling Islam
1) Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan,
kesehatan dan kebersihan jiwa dan mental.
2) Untuk menghasilkan kesopanan tingkah laku yang
dapat memberikan manfaat baik pada diri sendiri, lingkungan keluarga,
lingkungan kerja maupun lingkungan sosial dan alam sekitarnya
3) Untuk menghasilkan kecerdasan rasa (emosi)
pada individu sehingga muncul dan berkembang rasa toleransi. Kesetiakawanan,
tolong-menolong dan rasa kasih sayang
4) Untuk menghasilkan kecerdasan spiritual pada
diri individu sehingga muncul dan berkembang rasa keinginan untuk berbuat taat
kepada Tuhannya, ketulusan mematuhi segala perintah-Nya serta ketabahan
menerima ujian-Nya
5) Untuk menghasilkan potensi ilahiyah, sehingga
dengan potensi itu individu dapat melakukan tugasnya sebagai khalifah dengan
baik dan benar, ia dapat dengan baik menanggulangi berbagai persoalan hidup dan
dapat memberikan kemanfaatan dan keselamatan bagi lingkungannya pada berbagai
aspek kehidupan.
6) Membantu individu/kelompok individu mencegah
timbulnya masalah-masalah dalam kehidupan keagamaan, antara lain dengan cara :
Ø
Membantu individu menyadari fitrah manusia
Ø
Membantu individu mengembangkan fitrahnya
(mengaktualisasikannya)
Ø
Membantu individu memahami dan menghayati ketentuan dan
petunjuk Allah dalam kehidupan keagamaan
Ø
Membantu individu menjalankan ketentuan dan petunjuk Allah
mengenai kehidupan keagamaan.
7) Membantu individu memecahkan masalah yang
berkaitan dengan kehidupan keagamaannya, antara lain dengan cara :
Ø
Membantu individu memahami problem yang dihadapinya;
Ø
Membantu individu memahami kondisi dan situasi dirinya
dan lingkungan;
Ø
Membantu individu memahami dan menghayati berbagai cara
untuk mengatasi problem kehidupan keagamaannya sesuai dengan syariat Islam;
Ø
Membantu individu menetapkan pilihan upaya pemecahan
problem keagamaan yang dihadapinya.
Ø
Membantu individu memelihara situasi dan kondisi
kehidupan keagamaan dirinya yang telah baik agar tetap baik dan atau menjadi
lebih baik.
Ø
Untuk mengungkapkan kemampuan dasar mental-spiritual dan
agama dalam pribadi anak agar diaktualisasikan dan difungsionalkan menjadi
tenaga pendorong (motivator) bagi peningkatan proses kegiatan belajar mengajar
anak didik.
Ø
Berusaha meletakkan kemampuan mental-spiritual tersebut
sebagai benteng pribadi anak didik dalam menghadapi tantangan dan rongrongan
dari luar dirinya, baik yang berbentuk mental maupun yang berbentuk material.
Ø
Berusaha menanamkan sikap dan orientasi kepada hubungan
dalam empat arah yaitu dengan Tuhannya, dengan masyarakatnya, dengan alam
sekitarnya dan dengan dirinya sendiri sehingga menjadi pola hidup yang bersendikan
nilai- nilai agamanya.
Ø
Berusaha mencerahkan kehidupan batin sehingga segala
kesulitan yang dihadapi, akan mudah diatasi dengan kemampuan mental
rohaniahnya.
B.
Tujuan BK Perkembangan
BK perkembangan adalah Proses bantuan yang proaktif dan sistematik dalam
memfasilitasi individu mencapai tingkat perkembangan yang optimal, pribadi yang
efektif – produktif, dan keberfungsiannya di dalam lingkungan melalui interaksi
yang sehat.
Definisi diatas
juga tertuang pada Visi bimbingannya. Visi bimbingan
perkembangan bersifat edukatif, pengembangan dan outreach. Edukatif
karena titik berat layanan bimbingan perkembangan ditekankan pada pencegahan
dan pengembangan, bukan korektif atau terapeutik, walaupun layanan tersebut
tidak diabaikan. Pengembangan karena titik sentral sasaran bimbingan perkembangan
adalah perkembangan optimal seluruh aspek kepribadian individu dengan upaya
pokoknya memberikan kemudahan perkembangan melalui rekayasa lingkungan perkembangan.
Outreach karena target populasi layanan bimbingan perkembangan tidak terbatas
pada individu yang bermasalah, tetapi semua individu berkenaan dengan semua
aspek kepribadiannya dalam semua konteks kehidupan.
Tujuan
Bimbingan dan Konseling Perkembangan Menurut (Pedoman
Asosiasi Bimbingan Konseling Indonesia, 2007) :
1.
Membantu
individu untuk mencapai perkembangan optimal sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila, kemampuan, bakat, minat, dan cita-citanya.
2.
Mengenal
lingkungan dirinya yang meliputi lingkungan pendidikan, pekerjaan, sosial
kemasyarakatan, dan alam.
3.
Membuat
keputusan dan pilihan secara realistis.
4.
Merumuskan
rencana pribadinya yang berkaitan dengan rencana pendidikan, karir, dan rencana
kehidupan lainnya
5.
Mewujudkan
potensi dan mengembangkan minat dan cita-citanya.
6.
Membantu individu agar dapat mencapai tugas-tugas
perkembangannya yang meliputi aspek pribadi-sosial, akademik, dan karir.
C.
Tujuan Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Tujuan Bimbingan dan Konseling di sekolah, yaitu antara lain untuk
memberikan perkembangan seluruh kepribadian dan kemampuan siswa.
1.
Agar mempunyai
kecakapan secara maksimal,
2.
untuk berani menghadapi
problema hidup, dan kehidupan dengan wajar, tanpa merasa tertekan.
3.
Kemudian secara
proaktif dan kreatif mencari dan menemukan solusi.
4.
Kecakapan hidup
(life skill),
2.2
Tujuan
Berkaitan dengan Aspek/Bidang Bimbingan dan Konseling
1.
Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek
pribadi- sosial konseli adalah:
a.
Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai
keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, baik dalam kehidupan
pribadi, keluarga, pergaulan dengan teman sebaya, Sekolah/Madrasah, tempat
kerja, maupun masyarakat pada umumnya.
b.
Memiliki sikap
toleransi terhadap umat beragama lain, dengan saling menghormati dan memelihara
hak dan kewajibannya masing- masing.
c.
Memiliki
pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifat fluktuatif antara yang
menyenangkan (anugrah) dan yang tidak menyenangkan (musibah), serta dan
mampu meresponnya secara positif sesuai dengan ajaran agama yang dianut.
d.
Memiliki
pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan konstruktif, baik yang
terkait dengan keunggulan maupun kelemahan; baik fisik maupun psikis.
e.
Memiliki sikap
positif atau respek terhadap diri sendiri dan orang lain.
f.
Memiliki
kemampuan untuk melakukan pilihan secara sehat
g.
Bersikap respek
terhadap orang lain, menghormati atau menghargai orang lain, tidak melecehkan
martabat atau harga dirinya. Memiliki rasa tanggung jawab, yang diwujudkan
dalam bentuk komitmen terhadap tugas atau kewajibannya.
h.
Memiliki
kemampuan berinteraksi sosial (human relationship), yang diwujudkan dalam
bentuk hubungan persahabatan, persaudaraan, atau silaturahim dengan sesama
manusia.
i.
Memiliki
kemampuan dalam menyelesaikan konflik (masalah) baik bersifat internal (dalam
diri sendiri) maupun dengan orang lain.
j.
Memiliki
kemampuan untuk mengambil keputusan secara efektif.
2.
Tujuan
bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek akademik (belajar) adalah :
a.
Memiliki
kesadaran tentang potensi diri dalam aspek belajar, dan memahami berbagai
hambatan yang mungkin muncul dalam proses belajar yang dialaminya.
b.
Memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif,
seperti kebiasaan membaca buku, disiplin dalam belajar, mempunyai perhatian
terhadap semua pelajaran, dan aktif mengikuti semua kegiatan belajar yang
diprogramkan.
c.
Memiliki motif
yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat.
d.
Memiliki
keterampilan atau teknik belajar yang efektif, seperti keterampilan membaca
buku, mengggunakan kamus, mencatat pelajaran, dan mempersiapkan diri menghadapi
ujian.
e.
Memiliki
keterampilan untuk menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan, seperti
membuat jadwal belajar, mengerjakan tugas- tugas, memantapkan diri dalam
memperdalam pelajaran tertentu, dan berusaha memperoleh informasi tentang
berbagai hal dalam rangka mengembangkan wawasan yang lebih luas. 6) Memiliki
kesiapan mental dan kemampuan untuk menghadapi ujian.
3.
Tujuan
bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek karir adalah :
a.
Memiliki
pemahaman diri (kemampuan, minat dan kepribadian) yang terkait dengan
pekerjaan.
b.
Memiliki
pengetahuan mengenai dunia kerja dan informasi karir yang menunjang kematangan
kompetensi karir.
c.
Memiliki sikap
positif terhadap dunia kerja. Dalam arti mau bekerja dalam bidang pekerjaan
apapun, tanpa merasa rendah diri, asal bermakna bagi dirinya, dan sesuai dengan
norma agama.
d.
Memahami
relevansi kompetensi belajar (kemampuan menguasai pelajaran) dengan persyaratan
keahlian atau keterampilan bidang pekerjaan yang menjadi cita-cita karirnya
masa depan.
e.
Memiliki kemampuan untuk membentuk identitas karir,
dengan cara mengenali ciri-ciri pekerjaan, kemampuan (persyaratan) yang
dituntut, lingkungan sosiopsikologis pekerjaan, prospek kerja, dan
kesejahteraan kerja.
f.
Memiliki
kemampuan merencanakan masa depan, yaitu merancang kehidupan secara rasional
untuk memperoleh peran-peran yang sesuai dengan minat, kemampuan, dan kondisi
kehidupan sosial ekonomi.
g.
Dapat membentuk
pola-pola karir, yaitu kecenderungan arah karir. Apabila seorang konseli
bercita-cita menjadi seorang guru, maka dia senantiasa harus mengarahkan
dirinya kepada kegiatan-kegiatan yang relevan dengan karir keguruan tersebut.
h.
Mengenal
keterampilan, kemampuan dan minat. Keberhasilan atau kenyamanan dalam suatu
karir amat dipengaruhi oleh kemampuan dan minat yang dimiliki.
2.3 Aspek – aspek Konseling Agama
A.
Landasan Filosofis
Kata filosofi atau filsafat berasal dari bahasa Yunani
yaitu filo (philos) yang berarti cinta dalam arti yang seluas-luasnya yaitu
ingin mengetahui segala sesuatu, dan sofia (shopos) yang berarti kebijaksanaan
atau hikmah. Jadi, filsafat berarti cinta terhadap kebijaksanaan atau hikmah
atau ingin mengetahui segala sesuatu secara mendalam.
Pelayanan bimbingan dan konseling meliputi serangkaian
kegiatan atau tindakan yang dilakukan dengan tindakan yang bijaksana. Untuk itu
diperlukan pemikiran filosofis tentang berbagai hal yang terkait
dengan pelayanan bimbingan dan konseling. Pemikiran dan pemahaman filosofis
menjadi alat yang bermanfaat bagi pelayanan bimbingan dan konseling, dan
membantu konselor dalam memahami situasi konseling dalam membuat keputusan yang
tepat.
Beberapa
pemikiran filosofis yang terkait dalam pelayanan bimbingan dan konseling yaitu
tentang hakikat manusia, tujuan dan tugas kehidupan.
1. Hakikat Manusia
Para
ahli telah menciptakan berbagai macam teori tentang hakikat manusia. menurut
Alblaster dan Lukes manusia adalah makhluk rasional yang mampu berpikir dan
menggunakan ilmu untuk meningkatkan perkembangan dirinya. Manusia dapat
mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya dengan kemampuan yang ada pada
dirinya, dan manusia dilahirkan dengan potensi untuk menjadi pribadi yang baik
dan buruk.
Jadi, hakikat manusia adalah manusia bebas mengembangkan
diri setinggi-tingginya dengan ilmu yang dimiliki dan bebas dalam menentukan
kehidupannya sendiri namun tetap berpegang pada norma-norma agama.Manusia pada
dasarnya memiliki kemampuan untuk menyelesaikan setiap permasalahan dengan
potensi yang ada dalam dirinya sendiri
.
2. Tujuan dan Tugas Kehidupan
Secara
naluriah manusia memiliki kebutuhan untuk hidup bahagia, sejahtera, nyaman, dan
menyenangkan. Manusia selama hidupnya selalu mengejar kenikmatan dan
menghindari rasa sakit. Menurut Prayitno dan Erman Amti mengemukakan model
Witner dan Sweeney tentang kebahagiaan dan kesejahteraan hidup serta upaya
mengembangkan dan mempertahankannya sepanjang hayat. Menurut mereka,
ciri-ciri
hidup sehat sepanjang hayat itu ditandai dengan lima kategori tugas kehidupan,
yaitu sebagai berikut :
a)
Spiritualitas
Dalam kategori
ini terdapat agama sebagai sumber inti bagi hidup sehat. Pada dasarnya agama
memang mencari kedamaian, mengharapkan bimbingan diri, dan mengadakan kontak
dengan kekuatan yang menguasai alam semesta melalui sembahyang, meditasi,
zikir, dan upacara keagamaan lainnya.
Dimensi lain
dari aspek spiritual adalah kemampuan manusia memberikan arti kepada
kehidupannya, optimisme terhadap kejadian-kejadian yang akan datang dan
diterapkannya nilai-nilai dalam hubungan antar orang serta dalam pembuatan
keputusan.
b)
Pengaturan Diri
Seseorang yang
mengamalkan hidup sehat pada dirinya terdapat ciri-ciri antara lain :
a. rasa diri berguna,
b. pengendalian diri,
c. pandangan realistik,
d. spontanitas dan kepekaan emosional,
e. kemampuan rekayasa intelektual,
f. pemecahan masalah,
g. kreativitas,
h. kemampuan humor, dan
i.
kebugaran jasmani dan kebiasaan hidup sehat.
Dengan ciri-ciri tersebut seseorang akan mampu
mengkoordinasikan hidupnya melalui pengarahan, pengendalian dan pengelolaan
diri sendiri demi peningkatan dirinya sesuai dengan norma-norma yang berlaku di
masyarakat luas.
c)
Bekerja
Manusia bekerja berkenaan dengan kondisi psikologis
maupun sosial ekonominya karena suatu kebutuhan psikologis atau suatu kebutuhan
sosial dapat digunakan untuk mencapai kemajuan atau pengakuan di masyarakat.
Dengan
bekerja, seseorang akan memperoleh keuntungan ekonomis seperti terpenuhinya
kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Keuntungan psikologis, dengan bekerja
seseorang dapat menimbulkan rasa percaya diri, pengendalian diri, perwujudan
diri, dan berguna bagi orang lain.
Dengan
bekerja juga seseorang memiliki keuntungan sosial, dengan bekerja seseorang
dapat berinteraksi dengan orang lain, memilki status dan menjalin persahabatan.
Sebaliknya, seseorang yang tidak mau bekerja biasanya adalah orang yang kurang
berani menghadapi tantangan untuk mencapai kebahagiaan hidup.
d) Persahabatan
Persahabatan merupakan hubungan sosial baik antara
individu maupun dalam masyarakat secara luas yang tidak melibatkan unsur-unsur
perkawinan dan keterikatan ekonomis.
Persahabatan memberikan tiga keutamaan kepada hidup yang
sehat, yaitu :
a. Dukungan emosional – kedekatan, perlindungan, rasa aman,
kegembiraan;
b. Dukungan keberadaan – penyediaan kebutuhan fisik sehari-hari,
bantuan keuangan; dan
c. Dukungan informasi – pemberian data yang diperlukan, petunjuk,
peringatan, dan nasihat.
Keuntungan tersebut memberikan banyak manfaat untuk hidup sehat.
Penelitian menunjukkan adanya keterkaitan antara keadaan sakit sesorang, tidak
memiliki semangat hidup dan hidup yang tidak bahagia dengan kegagalan dalam
menjalin persahabatan dengan orang lain.
e)
Cinta
Dengan
cinta hubungan seseorang dengan orang lain cenderung menjadi lebih intim,
saling mempercayai, saling terbuka, saling bekerjasama, dan saling memberikan
komitmen yang kuat satu sama lainnya.
Penelitianm Flanagan
(1978) mengungkapkan bahwa pasangan hidup (suami istri), anak dan teman-teman
merupakan tiga pilar utama bagi keseluruhan penciptaan kebahagiaan manusia,
baik laki-laki maupun perempuan. Perkawinan dan persahabatan menjadi prasyarat
kebahagiaan seseorang.
Hakikat, tujuan dan tugas kehidupan manusia adalah hasil olah pikir
atau nalar manusia yang mempunyai implikasi kepada layanan bimbingan dan
konseling. Konselor harus memiliki pemahaman yang mendalam tentang filsafat
manusia agar memiliki pedoman yang akurat dalam memberikan layanan bimbingan
dan konseling kepada klien kearah kehidupan yang sesuai dengan nlai-nilai kemanusiaan
yang dimiliki klien.
Jadi pelayanan bimbingan dan konseling harus sesuai dengan
nilai-nilai pancasila yang sesuai dengan fitrah manusia itu sendiri yaitu
sebagai makhluk Tuhan yang bermartabat.
B.
Landasan
Religius
Landasan
Religius bimbingan dan konseling pada dasarnya ingin menetapkan klien sebagai
makhluk Tuhan dengan segenap kemuliaannya menjadi faktor sentral upaya
bimbingan dan konseling (Prayitno dan Erman Amti, 2003).
Pembahasan
landasan religius ini, terkait dengan upaya memasukkan nilai-nilai agama dalam
proses bimbingan dan konseling. Pendekatan bimbingan dan konseling yang
terintegrasikan di dalamnya dimensi agama, ternyata sangat disenangi oleh
masyarakat.
Terkait
dengan maksud tersebut, maka konselor dituntut memiliki pemahaman tentang
hakikat manusia menurut agama dan peran agama dalam kehidupan umat manusia.
Sehubungan dengan hal itu maka pada uraian berikut akan dibahas mengenai
hakikat manusia menurut agama, peranan agama, dan persyaratan konselor.
1. Hakikat Manusia
Menurut Agama sifat hakiki manusia adalah makhluk
beragama (homo religius), yaitu makhluk yang mempunyai fitrah untuk memahami
dan menerima nilai-nilai kebenaran yang bersumber dari agama, serta sekaligus
menjadikan kebenaran agama itu sebagai rujukan sikap dan perilakunya.
Manusia juga bisa dikatakan sebagai makhluk yang memiliki
motif beragama, rasa keagamaan, dan kemampuan untuk memahami serta mengamalkan
nilai-nilai agama. Fitrah manusia inilah yang membedakan manusia dari makhluk
lainnya, dan juga yang mengangkat derajatnya disisi Tuhan.
Fitrah
beragama merupakan potensi yang arah perkembangannya tergantung pada kehidupan
beragama lingkungan terutama lingkungan keluarga. Kemampuan individu untuk
dapat mengembangkan segala potensi keagamaannya tidak terjadi secara otomatis
atau berkembang dengan sendirinya, tetapi memerlukan bantuan orang lain, yaitu
memiliki pendidikan agama (bimbingan, pengajaran, dan pelatihan), terutama dari
orang tuanya sebagai pendidik pertama dan utama di lingkungan keluarga.
Hakikat manusia adalah makhluk Allah, yang berfungsi sebagai hamba dan khalifahnya. Sebagai hamba manusia mempunyai tugas suci, yaitu ibadah atau mengabdi kepada-Nya. Sebagai khalifah, manusia mempunyai kewajiban atau amanah untuk menciptakan dan menata kehidupan yang bermakna bagi kesejahteraan hidup bersama (rahmatan lil’alamiin).
Hakikat manusia adalah makhluk Allah, yang berfungsi sebagai hamba dan khalifahnya. Sebagai hamba manusia mempunyai tugas suci, yaitu ibadah atau mengabdi kepada-Nya. Sebagai khalifah, manusia mempunyai kewajiban atau amanah untuk menciptakan dan menata kehidupan yang bermakna bagi kesejahteraan hidup bersama (rahmatan lil’alamiin).
2. Sikap Keberagamaan
Kehidupan
beragama merupakan gejala yang universal. Pada bangsa-bangsa dan
kelompok-kelompok manusia dari zaman ke zaman senantiasa dijumpai
praktek-praktek kehidupan beragama. Di dunia Barat, agama tidak dipilah dan
dipisah secara tegas dari fisafat. Padahal inti ajaran agama adalah
firman-firman Tuhan dan filsafat adalah hasil pikiran manusia. Akibatnya adalah
manusia akan berbuat segala sesuatu tanpa batasan apapun, namun kadangkala
segala kebebasan itu justru menyalahi kaidah-kaidah agama/filsafat.
Sikap
pemerosotan dan pengabaian nilai-nilai agama akan mengakibatkan kemerosotan
kemuliaan kehidupan manusia dipandang dari tuntutan Tuhan berdasarkan
firman-Nya. Kemajuan IPTEK tidak dapat mengatasi kemerosotan tersebut, bahkan
justru dapat memperparahnya. Sikap keberagamaan menjadi tumpuan bagi keseimbangan
hidup dunia dan akhirat.
3. Peranan Agama
Agama
sebagai pedoman hidup bagi manusia telah memberikan petunjuk tentang berbagai
aspek kehidupan, termasuk pembinaan atau pengembangan mental(rohani) yang
sehat. Sebagai petunjuk hidup bagi manusia dalam mencapai mentalnya yang sehat,
agama berfungsi sebagai berikut.
a) Memelihara fitrah
Manusia
dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci). Namun manusia juga memiliki hawa nafsu
dan ada syetan yang selalu menggoda manusia.
Agar manusia
dapat mengendalikan hawa nafsunya dan terhindar dari godaan syetan, maka
manusia harus beragama dan bertakwa kepada Allah SWT dengan beriman dan beramal
shaleh, melaksanakan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya.
b) Memelihara Jiwa
Agama sangat
menghargai harkat, martabat dan kemuliaan manusia. Dalam memelihara kemuliaan
jiwa manusia, agama mengharamkan dan melarang manusia melakukan penganiayaan,
penyiksaan, atau pembunuhan, baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain.
c) Memelihara Akal
Allah telah
memberikan karunia kepada manusia yang tidak diberikan kepada makhluk lainnya,
yaitu akal. Dengan akal inilah manusia memiliki kemampuan untuk membedakan yang
baik dan buruk atau memahami dan menerima nilai-nilai agama.dan mengembangkan
ilmu dan teknologi atau mengembangkan kebudayaan. Melalui kemampuan inilah
manusia dapat berkembang menjadi makhluk yang berbudaya (beradab). Karena
pentingnya akal ini agama memberi petunjuk kepada manusia untuk mengembangkan
dan memeliharanya.
d) Memelihara Keturunan
Agama
mengajarkan kepada manusia tentang cara memelihara keturunan atau sistem
regenerasi yang suci. Aturan atau norma agama untuk memelihara keturunan itu
adalah pernikahan. Salah satu peranan agama adalah sebagai terapi (penyembuhan)
bagi gangguan kejiwaan. Agama memegang peranan sebagai penentu dalam proses
penyesuaian diri.
Agama
memberikan suasana psikologis tertentu dalam mengurangi konflik, frustasi, dan
ketegangan lainnya, dan memberikan suasana damai dan tenang.
Agama mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kesehatan mental individu.
Agama mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kesehatan mental individu.
Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa individu tidak akan mencapai atau memiliki mental yang
sehat tanpa agama. Memberikan pelayanan bimbingan yang memasukkan di dalamnya
nilai-nilai agama seharusnya mendapat perhatian dari para konselor atau
pembimbing. Pendidikan agama harusnya diutamakan sebab dari agama terkandung
nilai-nilai moral, etik dan pedoman hidup sehat yang universal dan abadi
sifatnya.
4. Persyaratan Konselor
Landasan religius dalam bimbingan dan konseling
mengimplikasikan bahwa konselor sebagai “helper” pemberi bantuan dituntut untuk
memiliki pemahaman akan nilai-nilai agama, dan komitmen yang kuat dalam
mengamalkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupannya sehari-hari, khususnya
dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada klien atau peserta
didik.
Konselor seharusnya menyadari bahwa memberikan layanan
bimbingan dan konseling merupakan salah satu kegiatan yang bernilai ibadah,
karena di dalam proses pemberian bantuan terkandung nilai “amar ma’ruf nahi
munkar” (menganjurkan kebaikan dan mencegah keburukan).
Agar
layanan bantuan yang diberikan itu bernilai ibadah, maka kegiatan tersebut
harus didasarkan kepada keikhlasan dan kesabaran.
Agar penerapan nilai-nilai agama dalam layanan bimbingan dan konseling berlangsung secara baik, maka konselor dipersyaratkan untuk memiliki pemahaman dan pengamalan agama klien yang berbeda dengan agama yang dianutnya.
Agar penerapan nilai-nilai agama dalam layanan bimbingan dan konseling berlangsung secara baik, maka konselor dipersyaratkan untuk memiliki pemahaman dan pengamalan agama klien yang berbeda dengan agama yang dianutnya.
C. Landasan Psikologis
Psikologi merupakan kajian tentang tingkah laku individu. Landasan
psikologis dalam bimbingan dan konseling berarti memberikan pemahaman tentang
tingkah laku individu yang menjadi sasaran layanan (klien).
Tingkah laku tersebut perlu di ubah dan
dikembangkan apabila ia hendak mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya atau
ingin mencapai tujuan-tujuan ynag dikehendakinya.
Pada uraian berikut dibahas beberapa aspek
psikologis dan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan pribadi yang perlu
dipahami oleh konselor atau pembimbing agar dapat memberikan layanan bimbingan
dan konseling secara akurat dan bijaksana dalam upaya memfasilitasi individu, atau
peserta didik mengembangkan potensi dirinya secara optomal.
1. Motif dan Motivasi
Salah satu
aspek psikis yang perlu diketahui adala motif, karena motif sangat berperan
dalam tingkah laku individu. Setiap tingkah laku individu memiliki motif yang
melandasi mengapa ia melakukan segala sesuatu itu.
Motif adalah
dorongan yang menggerakkan seseorang bertingkah laku. Suatu tingkah laku yang
didasarkan pada motif tertentu tidaklah bersifat acak atau sembarangan,
melainkan mengandung isi atau tema sesuai dengan motif yang mendasarinya. Motif
yang sedang aktif disebut motivasi, motivasi erat sekali hubungannya dengan
perhatian.Tingkah laku yang didasari oleh motif tertentu biasanya terarah pada
suatu objek yang sesuai dengan isi atau tema kandungan motifnya.
2. Pembawaaan dan Lingkungan
Setiap individu
dilahirkan ke dunia dengan membawa kondisi mental dan fisik tertentu.
Karekteristik individu diperoleh melalui pewarisan dari pihak orangtuanya.
Karakteristik tertentu menyangkut fisik (seperti struktur tubuh, warna kulit,
dan bentuk rambut) dan psikis atau sifat-sifat mental (seperti emosi,
kecerdasan, dan bakat).
Keturunan merupakan aspek individu yang bersifat bawaan dan memiliki potensi untuk berkembang. Seberapa jauh perkembangan individu itu terjadi dan bagaimana kualitas perkembangannya, bergantung pada kualitas keturunan dan linkungan yang mempengaruhinya.
Keturunan merupakan aspek individu yang bersifat bawaan dan memiliki potensi untuk berkembang. Seberapa jauh perkembangan individu itu terjadi dan bagaimana kualitas perkembangannya, bergantung pada kualitas keturunan dan linkungan yang mempengaruhinya.
Lingkungan
merupakan faktor penting selain keturunan yang menentukan perkembangan
individu. Lingkungan itu meliputi fisik, psikis, sosial, dan religius.
3. Perkembangan Individu
Lingkungan
merupakan faktor penting disamping keturunan yang menentukan perkembangan
individu. Untuk mencapai perkembangan yang baik harus ada asuhan terarah.
Asuhan dalam
perkembangan dengan melalui proses belajar sering disebut pendidikan. Bimbingan
dan konseling sebagai komponen pendidikan merupakan pemberian layanan bantuan
kepada individu dalam upaya mengembangkan potensi diri atau tugas-tugas perkembangannya
secara optimal.
Berbagai teori
tentang perkembangan individu telah dikemukakan oleh para ahli. Menurut
Havighurts, definisi tugas pekembangan adalah “suatu tugas yang muncul pada
periode tertentu dalam kehidupan seseorang, yang kesuksesan penyelesaiannya
akan mengantarkan orang tersebut ke keadaan bahagia, dan kegagalan
penyelesaiannya akan menyebabkan orang tersebut tidak bahagia, tidak diterima
oleh masyarakat, dan mengalami kesulitan dalam menjalani tugas- tugas
berikutnya”(dalam Shertzer dan Stone, 1968).
Menurut
Havighurts tugas-tugas perkembangan tersusun menurut suatu pola tertentu dan secara keseluruhan saling
berkaitan. Tugas-tugas perkembangan tersebut dibentuk oleh unsur-unsur
biologis, psikologis, dan kultural yang ada pada diri dan lingkungan individu.
4. Belajar, Balikan dan Penguatan
Inti perbuatan belajar adalah upaya untuk menguasai
sesuatu yang baru dengan memanfaatkan apa yang sudah ada pada diri idividu.Pengetahuan
tentang hasil belajar (baik yang yang diketahui sendiri maupun yang berasal
dari orang lain) merupakan balikan (feedback) bagi individu yang belajar. Untuk
keperluan itu, individu memerlukan penguatan (reinforcement). Semakin penguatan
sering dilakukan, maka kemungkinan individu tersebut akan melanjutkan dan
meningkatkan upaya belajarnya, sampai ia memiliki kebiasan belajar yang baik.
5. Kepribadian
Sering dikatakan
bahwa ciri seseorang adalah kepribadiannya. Mengenai pengertian kepribadian
ini, para ahli psikologi umumnya memusatkan perhatian pada faktor- faktor fisik
dan genetika, berfikir dan pengamatan, serta dinamika motivasi dan perasaan (Mussen
& Rosenzweiq, 1973).
Agar perkembangan pribadi peserta didik dapat berlangsung
dengan baik dan terhindar dari munculnya masalah-masalah psikologis, maka
kepada mereka perlu diberi bantuan yang sifatnya pribadi. Upaya bantuan yang dapat memfasilitasi perkembangan peserta didik
melalui pendekatan psikologis adalah layanan bimbingan dan konseling.
Bagi konselor memahami aspek-aspek psikologis pribadi klien merupakan tuntutan yang mutlak, karena pada dasarnya layanan bimbingan dan konseling merupakan upaya untuk memfasilitasi perkembangan aspek-aspek psikologis, pribadi atau prilaku klien, sehingga mereka memiliki pencerahan diri dan mampu memperoleh kehidupan yang bermakna dengan kehidupan yang maslahat dan sejahera baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Demikianlah, pemahaman terhadap masalah perkembangan dengan prinsip-prinsipnya merupakan kebutuhan yang mendasar bagi pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling.
Bagi konselor memahami aspek-aspek psikologis pribadi klien merupakan tuntutan yang mutlak, karena pada dasarnya layanan bimbingan dan konseling merupakan upaya untuk memfasilitasi perkembangan aspek-aspek psikologis, pribadi atau prilaku klien, sehingga mereka memiliki pencerahan diri dan mampu memperoleh kehidupan yang bermakna dengan kehidupan yang maslahat dan sejahera baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Demikianlah, pemahaman terhadap masalah perkembangan dengan prinsip-prinsipnya merupakan kebutuhan yang mendasar bagi pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Tujuan
bimbingan konseling dalam islam, Membantu individu mewujudkan dirinya menjadi
manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Tujuan
bimbingan dan konseling perkembangan, Menghayati nilai-nilai agama sebagai
pedoman dalam berperilaku Berperilaku atas dasar keputusan yang
mempertimbangkan aspek-aspek nilai dan berani menghadapi resiko. Memiliki
kemampuan mengendalikan diri (self-control) dalam mengekspresikan emosi atau
dalam memenuhi kebutuhan diri. Tujuan bimbingan dan konseling di sekolah, Agar
mempunyai kecakapan secara maksimal, untuk berani menghadapi problema hidup,
dan kehidupan dengan wajar, Tanpa merasa tertekan. Kecakapan hidup (life skill).Tujuan berkaitan dengan aspek/bidang
bimbingan dan konseling, terdapat empat bidang yaitu bidang Pribadi, Sosial,
Belajar dan Karir B. Saran
3.2
Kritik dan
Saran
Demikianlah
makalah ini kami sampaikan. Kami sadar makalah ini jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah
yang akan datang. Semoga makalah ini bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan
dan wawasan kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Adz-Dzaky,Hamdani Bakran.2004.Konseling & psikoterapi Islam.Jogyakarta:
Fajar Pustaka Baru.
Musnamar, Thohari.1992.Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan & Konseling
islami, Yogyakarta: UII Press.
Nurihsan, Achmad Juntika.2006.Bimbingan &
Konseling dalan Berbagai Latar Kehidupan, Bandung: PT Refika Aditama.
http://cucuwahyuniuin.wordpress.com/2012/04/11/bimbingan-konseling-islam/
http://www.dedeyahya.com/2011/05/makalah-bimbingan-koneseling-agama.html
Langganan:
Postingan
(
Atom
)
Arsip Blog
Anisah_BK4D. Diberdayakan oleh Blogger.